Kamis, 07 November 2013

Pemanfaatan Air ^_^


Assalamualaikum Wr.Wb

Kan saat ini salah satu masalah di dunia yaitu berhubungan dengan air bersih. Nah saya akan membahas bagaimana cara menyimpan air bersih di dalam rumah kita. Selain mengurangi biaya air, kita juga tak akan kekurangan air di dalam rumah. Lumayanlah hhaha. Dan sebagai seorang arsitek kita harus memperhatikan semua itu. Selamat membaca. ^_^

Tong Penangkap Air Hujan



Gambar 5. Sketsa kolam tampungan air hujan pada jalan raya
Orang jaman dahulu sebenarnya juga sudah menyadari pentingnya penampungan air hujan, dan hampir semua orang memiliki drum atau tong penangkap air hujan. Sekarang tanah di Jakarta, khususnya di Jakarta Pusat mulai turun sedikit demi sedikit karena kurangnya penahanan tanah akibat dari air yang selalu tersedot dan tidak ada resapan. Bila diteruskan maka gedung-gedung bertingkat di Jl. Sudirman dan sekitarnya bisa roboh kapan saja. Memang gedung-gedung tersebut juga yang menjadi masalah. Mereka mengambil begitu banyak air dan sangat kencang tanpa melakukan regenerasi resapan air dengan sumur resapan yang cukup dan lainnya. Apalagi sekarang tren apartemen di pusat kota semakin menjamur. Bisa dibayangkan apartemen 30 lantai menyedot berapa banyak air.





<< aksesoris tong air hujan







 
membuat tong air hujan sendiri  




Lihat keuntungan dan cara pembuatannya lebih lanjut.
Kembali ke tong penangkap air hujan. Air hujan itu adalah air yang lebih halus daripada air PAM biasanya dan juga tidak menggunakan klorin dan obat kimia lainnya. Karena itu tanaman pun lebih menerima air hujan dengan baik dibandingkan menyiram dengan air PAM. Makanya kalau diperhatikan, tanaman lebih kelihatan segar setelah tersiram air hujan.
Kalau kita hitung secara kuantitatif akan sebagai berikut:
Setiap 1 cm curah hujan yang jatuh di area sebesar 40 meter persegi bisa mendapatkan air hujan sebesar 900 liter  atau 237 galon air.
Bila luas atap rumah kita sebesar 100 meter persegi (atau 2.5×40 meter persegi) maka kita bisa dapatkan air hujan sebanyak 900 x 2.5 = 2250 liter air hujan untuk setiap 1 cm curah hujan
Rata-rata curah air hujan di Jakarta adalah 242 cm per tahun.
Jadi per tahunnya kita bisa menangkap air hujan sebanyak 242 x 2250 yaitu = 544500 liter air hanya dari rumah kita saja. (sama dengan 143,800 galon air). Kalau air galonan kita hargakan 1000 rupiah saja, kita sudah menghemat 143 Juta rupiah.
Kalau hal ini kita implementasikan pembuatan tong penangkap air hujan ke 1 juta rumah di Jakarta, maka saya yakin kita bisa mengurangi banjir secara drastis. Anggap saja kita menggunakan tong yang sebesar 50 galon. Maka itupun sudah 50 juta galon air yang tidak ikut ke saluran got kita. Kalau setiap rumah bisa menghitung keperluannya secara maksimal, maka hasilnya akan lebih baik lagi.



Kita bisa taruh 1 tong penangkap air hujan di depan rumah dan 1 di belakang. Peletakan lebih baik agak diatas supaya kalau mau dipakai selang untuk menyiram tanaman air akan lebih mudah mengalir.
Cara membuat Tong Penangkap Air Hujan sangat mudah.
Beli tong yang agak besar, lebih baik yang ada tutupnya.
Buat lubang dekat dengan dasar tong, tapi jangan terlalu bawah.
Panaskan dengan hair dryer sebentar (agar plastik menjadi agak lunak) sebelum memasang keran bawah
Buat lubang di bagian atas secukupnya agar lubang talang bisa masuk ke dalam tong
Untuk aksesoris lainnya seperti filter atas tong dan lainnya lihat gambar.
Kalau Tong terasa kekecilan, tong tersebut bisa saling di koneksi dengan selang seperti pada gambar.
Semoga dengan langkah kecil ini kita bisa mengurangi banjir dan tentunya menghemat penggunaan air dan ikut melestarikan lingkungan.


 




 


Kolam Pengumpul Air Hujan (PAH)

Kolam pengumpul air hujan merupakan kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atas bangunan (rumah, degung perkantoran, atau industri) yang disalurkan melalui talang. Kolam pengumpul air hujan ini sudah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih, seperti di Kabupaten Pidie Propinsi NAD, di Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DI Yogyakarta (Gambar 1dan 2)









 << Gambar 1. Penampungan Air Hujan di Pidie, NAD







 Gambar 2. Penampungan air hujan di Gunung Kidul, DIY. >>








Kolam pengumpul air hujan ini dapat dibangun atau diletakan di atas permukaan tanah (Gambar 3 dan 4) atau di bawah bangunan / rumah / teras(Gambar 5) yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan. Kolam penampungan yang diletakan  di atas permukaan tanah mempunyai  berbagai keuntungan seperti mudah dalam mengambil / memanfaatkan airnya (pengalirannya dapat dengan metode gravitasi dan mudah perawatannya.
Gambar 3. Sketsa kolam pengumpul air hujan di atas permukaan tanah
Gambar 4. Sketsa kolam pengumpul air hujan vertikal.
Gambar 4. Sketsa kolam pengumpul air hujan vertikal.
Sketsa kolam tampungan di bawah rumah dan sumur resapan
Metode ini sangat menguntungkan karena minimal selama musim hujan kebutuhan dasar air bersih dapat ditopang dengan bak tandon ini. Dengan cara ini, kantor-kantor pemerintah dan swasta dapat memulai memanen air hujan untuk mengurangi anggaran air bersih dari PDAM selama sektar tujuh bulan (pada musim hujan dan beberapa bulan pada awal musim kemarau).
Untuk kompleks-kompleks industri, sangat disarankan untuk menerapkan metode ini. Kebutuhan air untuk indstri sebagian besar dapat ditopang dengan memakai air hujan. Pada tampungan air hujan dapat didistribusikan pada setiap unit bangunan atau dikonsentrasikan dengan membuat tampungan besar atau danau buatan. Pada daerah beriklim hujan sepanjang sepanjang tahun seperti di beberapa daerah di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi, metode ini sangat menguntungkan.
Di kompleks perkantoran pemerintah dan swasta, kompleks sekolah , kompleks perguruan tinggi, kompleks rumah sakit, kompleks perumahan, perhotelan, pertokoan dan lain-lain sangat relevan sekali menerapkan konsep memanen air hujan dengan kolam tandon dan sumur resapan ini. Kebutuhan air untuk keperluan-keperluan di luar air minum dapat dipasok langsung dari air hujan, sedang kebutuhan air minum, mandi dan cuci dapat dipasok dari air hujan dengan pengolahan (treatment) secukupnya terlebih dahulu. Pemerintah dapat mengimbau bahkan mewajibkan pada kompleks-kompleks tersebut untuk melakukan upaya memanen air hujan dengan mengaitkannya dengan pemberian ijin pembangunan atau ijin usaha sealigus dengan memberikan keringanan-keringanan pajak tertentu bagi yang telah melaksanakannya.

Sketsa kolam tampungan di bawah rumah dan sumur resapan 
 Gambar 5. Sketsa kolam tampungan air hujan pada jalan raya

Di beberapa negara, misalnya Jepang, telah dikembangkan metode memanen air hujan  dengan membuat kolam tandon di bawah jalan raya highway. drainase jalan tidak dibuang ke sungai, melainkan ditampung  di bawah konstruksi jalan tersebut. Air hujan yang ditampung dapat dipakai untuk pemeliharaan jalan dan untuk menyuiram tanaman peneduh di sepanjang jalan. apat juga digunakan sebagai air bersih dengan penjernihan yang memadai. Metode ini di Indonesia belum lazim. Ke depan perlu kiranya dipikirkan, disurvey dan diimplementasikan mengingat potensinya cukup besar.



Sumber:  Agus Maryono dan Edy Nugroho Santoso, 2006. “Metode Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan untuk Penyediaan Air Bersih, Mencegah Banjir dan Kekeringan”, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup



Taman penampungan air hujan yang indah dan juga bisa hemat air

Kami tidak tahu seberapa banyak masyarakat Indonesia terutama yang hidup di perkotaan memanfaatkan (menyimpan) air hujan untuk memenuhi beberapa kebutuhan seperti menyiram tanaman, mencuci mobil atau lainnya tetapi yang pasti emang perlu sih memanfaatkan sesuatu yang gratis ini.
Biasanya penampungan air hujan dilakukan dengan cara biasa yaitu menggunakan pipa untuk mengalirkan air hujan yang turun dari atap rumah kemudian terdapat sebuah tempat penyaringan untuk mengurangi kotoran dan juga bakteri yang terkandung di dalamnya dan baru masuk ke tangki penampungan.
Cara tersebut memang paling ideal dan murah tetapi kalau anda punya uang lebih, anda bisa mendisain sistim penampungan air hujan dengan membuat taman/ kolam seperti ini.
Menggunakan cara yang sama tetapi bedanya semuanya dibentuk dengan lebih indah. Dan di salah satu bagian taman atau kolam tersebut, terdapat sebuah bak penampungan yang tidak terlihat sehingga tidak akan merusak pemandangan taman yang sudah indah ini.




Sumber berita: Eco-friendly Modern Water Features by H20 Designs utilise recycled rainwater, http://www.trendir.com/outdoors/ecofriendly-modern-water-featu.html.


Demikian dari blog saya ini. Semoga dapat bermanfaat. Mohon maaf apabila ada salah kata dan menyinggung perasaan. Karena saya hanya manusia yang tak luput dari kesalahan.

WassalamuAlaikum Wr.Wb.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar