Ø Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah merupakan cara
penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah
sampah individual umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya.
Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah
diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya
jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan
dalam penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur-ulang. Di samping itu,
dengan adanya wadah yang baik, maka:
· Bau akibat pembusukan sampah yang
juga menarik datangnya lalat, dapat diatasi.
· Air hujan yang berpotensi menambah
kadar air di sampah, dapat kendalikan
· Pencampuran sampah yang tidak
sejenis, dapat dihindar
Wadah sampah hendaknya mendorong terjadinya upaya
daur-ulang, yaitu disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah. Di
negara maju adalah hal yang umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari dari
beragam jenis sesuai jenis sampahnya. Namun di Indonesia, yang sampai saat ini
masih belum berhasil menerapkan konsep pemilahan, maka paling tidak hendaknya
wadah tersebut menampung secara terpisah, misalnya:
a) Sampah organik, seperti daun sisa,
sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan, dengan wadah warna gelap seperti hijau
b) Sampah anorganik seperti gelas,
plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan wadah warna terang seperti kuning
c) Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga
dengan warna merah, dan dianjurkan diberi lambang (label) khusus
Di Indonesia dikenal pola pewadahan sampah individual
dan komunal. Wadah individual adalah wadah yang hanya menerima sampah dari
sebuah rumah, atau sebuah bangunan, sedang wadah komunal memungkinkan sampah
yang ditampung berasal dari beberapa rumah atau dari beberapa bangunan.Pewadahan
dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal, dan
sebaiknya disesuaikan dengan jenis sampah. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
a) Pada umumnya wadah sampah individual
level-2 ditempatkan di tepi jalan atau di muka fasilitas umum, dan wadah sampah
komunal terletak di suatu tempat yang tebuka, sehingga memudahkan para petugas
untukmengambilnya dengan cepat, teratur, dan higienis.
b) Wadah sampah dari rumah sebaiknya diletakkan
di halaman muka, dianjurkan tidak di luar pagar, sedang wadah sampah hotel dan
sejenisnya ditempatkan di halaman belakang
c) Tidak mengambil lahan trotoar,
kecuali bagi wadah sampah untuk pejalan kaki
d) Didesain secara indah, dan dijamin
kebersihannya, khususnya bila terletak di jalan protokol
e) Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana
umum lainnya.
f) Mudah untuk pengoperasiannya, yaitu
mudah dan cepat untuk dikosongkan.
g) Jarak antar wadah sampah untuk
pejalan kaki minimal 100 m.
h) Mudah dijangkau oleh petugas sehingga
waktu pengambilan dapat lebih cepat dan singkat.
i) Aman dari gangguan binatang ataupun
dari pemungut barang bekas, sehingga sampah tidak dalam keadaan berserakan.
j) Tidak mudah rusak dan kedap air
Ø Pengumpulan Sampah
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya masyarakat (sumber sampah, badan swasta atau RT/RW).
Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.
Dalam teknis operasional pengelolaan sampah biaya untuk kegiatan pengumpulan sampah dapat mencapai 40 % dari total biaya operasional. Karenanya perlu diupayakan suatu teknik pengumpulan yang efektif dan efisien, termasuk pertimbangan terhadap tempat penyimpanan sampah, agar biaya operasi dapat ditekan serendah mungkin.
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantara/stasiun pamindahan atau sakaligus ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya masyarakat (sumber sampah, badan swasta atau RT/RW).
Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.
Dalam teknis operasional pengelolaan sampah biaya untuk kegiatan pengumpulan sampah dapat mencapai 40 % dari total biaya operasional. Karenanya perlu diupayakan suatu teknik pengumpulan yang efektif dan efisien, termasuk pertimbangan terhadap tempat penyimpanan sampah, agar biaya operasi dapat ditekan serendah mungkin.
Ø Pemindahan Sampah
Pemindahan sampah
merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut
untuk dibawa ke tempat pemerosesan atau ke pembuangan akhir. Lokasi pemindahan
sampah hendaknya memudahkan bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah untuk
masuk dan keluar dari lokasi pemindahan, dan tidak jauh dari sumber sampah. Pemerosesan
sampah atau pemilahan sampah dapat dilakuykan di lokasi ini, sehingga sarana
ini dapat berfungsi sebagai lokasi pemerosesan tingkat kawasan. Pemindahan sampah
dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat dilakukan secara manual atau
mekanik, atau kombinasi misalnya pengisian kontainer dilakukan secara manual
oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan
secara mekanis (load haul).
Ø Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampah adalah
sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari
sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan akhir, atau TPA.
Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan membutuhkan perhitungan
yang cukup teliti, dengan sasaran me ngoptimalkan waktu angkut yang diperlukan
dalam sistem tersebut, khususnya bila:
·
Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus
menangani sampah
·
Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh
·
Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai
area
·
Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti Masalah lalui-lintas jalur menuju
titik sasaran tujuan sampah
Dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan
pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, dan biaya relatif murah. Di negara
maju, pengangkutan sampah menuju titik tujuan banyak menggunakan alat angkut
dengan kapasitas besar, yang digabung dengan pemadatan sampah, seperti yang
terdapat di Cilincing Jakarta.
Persyaratan
alat pengangkut sampah antara lain adalah:
·
Alat pengangkut harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan
jaring. Tinggi bak maksimum 1,6 m.
·
Sebaiknya ada alat ungkit.
·
Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui.
·
Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
Ø
Pengelolaan sampah
Pengelolaan
sampah adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan , pendaurulangan, atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zatpadat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda
beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan
daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan
institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda
tergantung banyak hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk
mengolah dan ketersediaan area.
Ø
Tempat pembuangan akhir
Tempat
pembuangan akhir (TPA) atau tempat pembuangan sampah (TPS) ialah tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah.
TPA dapat berbentuk tempat pembuangan
dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi) begitupun
tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling umum
untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di
sejumlah tempat di dunia.
Sejumlah dampak negatif dapat
ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa beragam: musibah fatal
(mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan
sampah); kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan
berat); pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran tanah
sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA); pelepasan gas
metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah
organik (metana adalah gas rumah
kaca yang berkali-kali
lebih potensial daripada karbon
dioksida, dan dapat membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi
pembawa penyakit seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA
yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga;
jejas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (mis., debu, bau busuk, kutu, atau polusi suara).
Sumber :